"Jika kau ditolong seseorang, maka tulislah di atas batu yang keras..."
Ungkapan ini adalah filosofi hidup yang dalam maknanya. Ia mengajarkan bahwa kebaikan orang lain yang kita terima sepatutnya diingat, disimpan kuat dalam hati, dan tidak lekang oleh waktu. Mengapa harus di atas batu yang keras? Karena batu melambangkan sesuatu yang tidak mudah hilang, tidak mudah terhapus, dan tahan terhadap waktu. Sebuah bentuk penghargaan yang abadi terhadap kebaikan.
Kadang kita bertanya dalam hati, mengapa ada orang yang begitu ikhlas menolong kita, padahal mereka tidak mendapat keuntungan apa pun? Di situlah letak kebijaksanaan dan kedewasaan hati manusia, karena manusia sejatinya adalah makhluk sosial. Di kedalaman nurani, kita sadar bahwa hidup ini saling berkaitan. Hari ini kita ditolong, esok mungkin kita yang menolong. Tidak selalu langsung, tidak harus orang yang sama, tetapi bisa jadi berbalas melalui jalan yang tidak terlihat—mungkin anak cucu kita akan dipermudah urusannya, atau kita menemukan bantuan dari arah yang tak pernah kita duga.
Orang yang ikhlas menolong bukan karena mengharap balas budi, melainkan karena paham bahwa hidup akan selalu memberi jalan pada kebaikan yang tulus. Mereka hidup dengan pemahaman bahwa kebaikan akan menemukan jalannya kembali, entah kapan, entah di mana, dan kepada siapa.
Maka, jangan pernah lupa kepada mereka yang telah menolongmu. Hargai dengan sepenuh hati, simpan dalam ingatan yang dalam, dan jadikan kebaikan itu sebagai motivasi untuk meneruskan rantai kebaikan, agar dunia tak kehilangan cahaya dari tangan-tangan yang tulus. ( cak supri )

