Jurnalisme Info – Rencana pemerintah menyerahkan aset rampasan senilai Rp 6–7 triliun kepada PT Timah Tbk (TINS) dinilai belum sepenuhnya menjadi katalis positif bagi emiten tambang plat merah tersebut.
Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menyerahkan enam smelter timah beserta aset rampasan korupsi lainnya dengan nilai sekitar Rp 7 triliun kepada PT Timah Tbk. Penyerahan aset sitaan negara tersebut dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto di smelter PT Tinindo, Kecamatan Bukit Intan, Kota Pangkalpinang, pada Senin (6/10/2025).
Presiden Prabowo menerangkan bahwa enam smelter dan sejumlah aset lainnya merupakan hasil rampasan dari perusahaan swasta yang melakukan penambangan ilegal dan tindak pidana korupsi di kawasan Izin Usaha Pertambangan (IUP) milik PT Timah.
Riset terbaru Sucor Sekuritas menilai masih terdapat ketidakpastian terkait kepemilikan dan nilai riil aset yang dialihkan. Aset yang diserahkan mencakup enam smelter, alat berat, timah olahan sekitar 680 ton, serta bahan mentah berupa rare earth atau monasit yang belum diproses. Nilai keseluruhan aset tersebut setara hampir 60% dari total aset TINS saat ini.
Analis Sucor Sekuritas, Andreas Yordan Tarigan, mencatat bahwa hingga kini belum jelas apakah TINS akan memperoleh aset tersebut secara penuh atau harus menanggung liabilitas berupa biaya akuisisi maupun risiko penurunan nilai (impairment).
Beberapa aset bahkan diketahui sudah tidak beroperasi cukup lama, sehingga menimbulkan potensi biaya tambahan untuk rehabilitasi dan pemulihan fungsi.
“Jika diperlukan perbaikan besar atau terjadi penurunan nilai signifikan, sentimen pasar bisa berubah negatif meski berita awal tampak positif,” tulis Andreas, dikutip Rabu (8/10/2025).
Selain ketidakpastian terkait aset, Sucor juga mencermati bahwa TINS tengah menghadapi tantangan peningkatan produksi di tengah reformasi industri timah nasional.
Pasar sempat merespons positif penyerahan aset tersebut dengan peningkatan harga saham yang signifikan. Dalam sepekan terakhir, harga saham TINS naik hingga 40%, dan secara year to date telah melonjak 149,53%.
(TR)

.jpg)