![]() |
| Foto istimewa :Polres Sumedang Gelar Aksi Peringatan HUT ke-80 RI dengan Sentuhan Sejarah/doc.ji/dhs) |
Jurnalisme.INFO -Sumedang, 15 Agustus 2025 — Polres Sumedang bersama ribuan warga dan praja IPDN membentangkan bendera Merah Putih sepanjang 1 kilometer di jalur bersejarah Cadas Pangeran. Aksi ini menjadi bagian dari peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, sekaligus mengenang perjuangan Pangeran Kornel melawan kolonial pada awal abad ke-19.
Kabut pagi masih menggantung di lekuk bukit saat langkah-langkah kaki mulai mendaki jalur berkelok. Di tangan peserta, gulungan kain merah-putih dibawa dengan khidmat, seolah memikul sejarah yang berat namun membanggakan. Di barisan depan, seorang ibu penjual ubi dari Pasar Sumedang memeluk ujung bendera. Ia biasanya memikul karung ubi untuk dijual, namun pagi itu, gendongannya adalah kain Merah Putih.
"Ubi bisa hilang, tapi bukan kemerdekaan," ucapnya pelan, menatap jalan yang pernah dibangun dengan keringat paksa leluhur. Di bawah, barisan praja IPDN berseragam putih menyanyikan Bagimu Negeri dengan suara yang bergetar, membaur dengan hembusan angin Cadas Pangeran.
Pukul delapan, gulungan kain mulai terbuka. Warna merah mengalir seperti sungai lava, putih bagai kapas yang menyapu kabut. Kapolres Sumedang AKBP Sandityo Mahardika, S.I.K. berdiri menegaskan pesan sejarah. "Hari ini, kita menenun kain kemerdekaan dengan keringat sukarela," ujarnya.
Di titik kilometer nol, bendera raksasa membelah langit biru. Suara Indonesia Raya mengalun pelan, diiringi desir angin di sela pepohonan pinus. Beberapa peserta meneteskan air mata tanpa kata. Ibu penjual ubi itu mengecup ujung bendera, seolah mengucapkan terima kasih pada mereka yang telah gugur.
Menjelang siang, bendera mulai digulung kembali. Namun, tak ada yang terburu-buru pulang. Beberapa peserta menyimpan potongan kecil kain yang lepas dari jahitan, sebagai kenang-kenangan. Ibu penjual ubi itu pun membawa sehelai kecil ke rumahnya. "Akan kucantumkan di lapak dagangan, biar semua orang ingat hari ini," katanya.
Jalan Cadas Pangeran kembali lengang. Namun, di retakan aspalnya, masih terpatri jejak ribuan kaki—seolah pulau-pulau yang dihubungkan lautan. Sebuah penanda bahwa di sini, merah-putih pernah membentang, bukan hanya di tanah, tapi di dada semua yang hadir.*(Dhs)

