Pangkalpinang, Jurnalisme Info — Di bawah terik matahari, ratusan warga dari Desa Batu Beriga, Arung Dalam, dan Kulur, Kabupaten Bangka Tengah, melakukan aksi jalan kaki sejauh 10 kilometer menuju Kantor Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Senin (21/7/2025). Aksi ini merupakan bentuk penolakan terhadap rencana tambang laut yang dinilai mengancam laut sebagai sumber kehidupan mereka.
“Kami tidak menolak pembangunan. Tapi jangan jadikan laut kami sebagai tambang. Di situlah kami hidup,” tegas salah satu orator dalam aksi tersebut.
Aksi ini diikuti oleh nelayan, ibu rumah tangga, hingga pemuda desa. Menolak naik truk yang telah disediakan, mereka memilih berjalan kaki sebagai simbol kesungguhan dan keteguhan dalam memperjuangkan hak atas ruang hidup.
Bagi masyarakat Batu Beriga, laut adalah warisan leluhur yang menjadi penopang ekonomi dan budaya. Rencana eksplorasi tambang laut oleh PT TIMAH Tbk membuat mereka khawatir akan dampak kerusakan ekosistem, hilangnya sumber ikan, dan ancaman terhadap keberlanjutan hidup pesisir.
“Kami hanya ingin laut ini tetap ada untuk anak cucu. Kalau rusak, siapa yang akan bertanggung jawab?” ujar seorang ibu dari Desa Kulur.
Setibanya di Kantor Gubernur, warga berdialog langsung dengan Gubernur Bangka Belitung dan menyampaikan harapan agar pemerintah berpihak kepada rakyat, bukan hanya kepada investor.
Namun demikian, sejumlah warga menyuarakan kekecewaan terhadap keberadaan aparat keamanan yang dinilai lebih fokus menjaga proyek tambang ketimbang melindungi masyarakat.
“Kami datang damai, kenapa dijaga seolah-olah kami musuh negara?” ucap salah seorang warga dengan nada kecewa.
Sebagai perusahaan BUMN yang telah beroperasi di Bangka Belitung sejak 1976, PT TIMAH Tbk berperan besar dalam industri timah nasional. Namun, rencana perluasan eksplorasi tambang laut di wilayah Batu Beriga kini menuai kritik keras dari warga yang mendesak agar aspek ekologi dan sosial dipertimbangkan dalam setiap kebijakan perusahaan.
Jurnalisme Info - Rusmantoro

.jpg)
.jpg)
.jpg)