Amarah pedagang Pasar Bulu Kota Semarang memuncak. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang diduga melontarkan pernyataan yang secara terang-terangan menghina pedagang dan merendahkan eksistensi Pasar Bulu. Dalam pernyataannya, pasar disebut akan “hilang dibongkar”, “kotor, bau, jorok”, serta “tetap sepi mau dibuat acara pun”.
Ucapan tersebut sontak melukai hati para pedagang, mayoritas emak-emak, yang selama ini berjuang keras mempertahankan hidup dari pasar tradisional. Pedagang menilai pernyataan itu sebagai bentuk arogansi kekuasaan dan kegagalan total Dinas Perdagangan dalam mengelola pasar rakyat.
“Kalau pasar kotor, bau, dan jorok, itu tanggung jawab siapa? Pasar ini dibangun dan dikelola oleh Dinas Perdagangan. Jangan kegagalan dinas justru dilempar ke pedagang,” tegas salah satu pedagang Pasar Bulu.
Pedagang mengungkapkan, alih-alih mendapatkan dukungan atas gagasan kreatif untuk meramaikan pasar, mereka justru dihina secara verbal. Kondisi ini dinilai sebagai pelecehan terhadap martabat pedagang kecil, yang seharusnya dilindungi, bukan direndahkan.
Lebih menyakitkan lagi, bantuan yang sebelumnya dijanjikan sebesar Rp2 juta per pedagang, mendadak berubah menjadi hanya Rp1 juta. Penurunan bantuan itu disebut disampaikan dengan nada meremehkan, seolah-olah pedagang tidak layak mendapatkan haknya.
“Kami tidak mengemis. Kami dijanjikan Rp2 juta, tapi yang turun cuma Rp1 juta. Bukan soal nominal, tapi cara dan ucapannya yang menghina. Seakan-akan kami ini tidak ada harganya,” ungkap pedagang lain dengan suara bergetar. Muslih petugas kebersihan pasar bulu juga melakukan perbuatan adu domba dan berkata jorok di depan pedagang pasar bulu, perkataan yang seharusnya tak keluar menjadi perdebatan sampai sekarang di pasar bulu Semarang.beliau masih kami cari sampai sekarang, bersembunyi di mana pun jika tidak minta maaf ke kami akan tetap kami buru.
Atas perlakuan tersebut, pedagang Pasar Bulu menyatakan sikap keras. Mereka memastikan akan mengadukan langsung Plt Kepala Dinas Perdagangan kepada Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti. Pedagang bahkan siap mengembalikan seluruh dana bantuan sebagai bentuk protes terbuka.
“Kami akan datang ke Balai Kota. Ditemui atau tidak, kami tetap datang. Uang bantuan akan kami kembalikan di hadapan Ibu Wali Kota. Kalau perlu, akan kami sebar di lantai kantor wali kota. Biar semua tahu betapa sakitnya hati kami,” tegas salah satu pedagang.kami ingin segera Plt dinas diganti, kami hanya meminta itu saja.
Pedagang memberi tenggat waktu kepada Plt Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang untuk menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada pedagang Pasar Bulu. Jika tidak ada itikad baik, mereka memastikan langkah lanjutan akan ditempuh.
“Kami tunggu. Kalau tidak ada permintaan maaf, kami akan minta bantuan kepada wartawan untuk memviralkan permasalahan ini ,” pungkasnya.
Kasus ini dinilai sebagai cermin buruknya komunikasi dan empati pejabat terhadap pedagang pasar tradisional.banyaknya masalah Dinas Perdagangan Kota Semarang memperburuk Citra Pemerintah Kota Semarang dalam memberikan pelayanan kepada pedagang pasar tradisional. dari pendapatan yang diterima pemerintah kota, pasar tradisional adalah pemberi terbesar pertama dalam pendapatan, giliran pedagang ingin meramaikan Bantuan pun tak diberikan, justru Hinaan yang diterima.
(mohamad muntolib)
