Malam di Kampung Leterada, Desa Bukambero, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya, biasanya hanya dipecah oleh suara jangkrik dan desir angin ladang. Namun, dini hari Jumat, 15 Agustus 2025, kesunyian itu robek oleh teriakan seorang ayah yang baru saja melihat tiga ekor kerbaunya lenyap dari kandang.
Sekitar pukul 02.30 WITA, Joshua Devsnsius Ndawa terbangun untuk memberi susu kepada bayinya yang baru berumur dua bulan. Sambil membawa senter, ia menoleh ke arah kandang yang berjarak hanya sepuluh meter dari rumahnya. Apa yang dilihatnya membuat darahnya berdesir.
“Kandang itu sudah terbuka. Kerbau jantan, induk, dan anaknya yang baru sebulan, semua hilang. Saya langsung teriak minta tolong,” tutur Joshua dengan suara yang terdengar berat, seolah rasa kehilangan itu masih mengendap di dadanya.
Teriakannya memanggil para tetangga. Mereka bergegas membantu mencari jejak di kegelapan malam. Namun hingga pagi menjelang, pencarian itu hanya berakhir pada jejak samar di tanah, yang memudar saat cahaya mulai merayap di ufuk timur.
Pemilik kerbau, Steven Mone Loghe, ditemui Media Jurnalisme Info di kediamannya sehari setelah kejadian, tampak mencoba tegar. Namun matanya tak bisa menyembunyikan kesedihan yang merayap.
“Kerbau bagi kami bukan sekadar ternak. Itu tabungan masa depan, mas kawin, dan kehormatan keluarga. Kami mohon, siapa pun yang melihat atau menemukan, tolong kembalikan. Hubungi kami di nomor ini: 0812 3909 0894,” ucap Mone dengan nada penuh pengharapan.
Di desa-desa seperti Leterada, kerbau adalah simbol kekayaan dan keamanan ekonomi. Hilangnya hewan itu tak hanya menimbulkan kerugian materi, tetapi juga melukai rasa keadilan masyarakat.
Dalam perspektif filsafat hukum, pencurian semacam ini bukan sekadar pelanggaran pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, tetapi juga bentuk penyangkalan terhadap kontrak sosial—sebuah janji diam-diam antar warga untuk menjaga hak milik satu sama lain. Saat janji itu dikhianati, bukan hanya kerbau yang hilang, melainkan juga rasa percaya di tengah masyarakat.
Kini, warga Kodi Utara berharap hukum bergerak cepat. Bukan sekadar untuk menangkap pelaku, tetapi untuk mengembalikan rasa aman yang sempat direnggut di tengah malam.
(Ludowikus)